BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 23 Februari 2009

Usia 13 tahun Jadi Ayah

Bagi anda yang sudah membaca, cukuplah tulisan ini sebagai kilas balik dari info yang pernah anda baca. Akan tetapi, bagi anda yang belum membacanya, info ini sangat penting untuk dibaca.

Info ini merupakan sebuah keajaiban sekaligus fakta kebejatan moral umat manusia hingga pada ranah kaum remaja bahkan anak-anak.

Info ini saya copy-paste dari http://www.antara. co.id. Info ini akan menjadi bahan renungan bagi anda atau hanya sekadar bacaan yang hanya berlalu tanpa ada atsar (bekas) sama sekali. Selamat membaca

London (ANTARA News) – Seorang murid sekolah Inggris berusia 13 tahun menjadi ayah, setelah pacarnya yang berusia 15 tahun melahirkan anak, demikian dilaporkan Jumat.

Kelahiran ini memicu perdebatan mengenai tingginya tingkat kehamilan di kalangan remaja Inggris.

Alfie Patten, yang suaranya belum lagi pecah sebagaimana lazimnya bila seorang anak beranjak dewasa, mengakui belum tahu bagaimana ia dan kekasihnya akan mengurus putrinya, Maisie Rixane, yang lahir Senin.

Namun begitu, Patten berjanji akan menjadi ayah yang baik.

"Saya tak bisa berpikir apakah kami mampu mengurusnya. Saya betul-betul tak mendapat uang saku. Ayah saya kadang-kadang memberi saya 10 pound (sekitar Rp160.000)," ujar remaja setinggi 1,22 meter dari Eastbourne, Inggris selatan, itu kepada tabloid Sun, seperti dikutip AFP.

"Ketika ibu saya tahu, saya kira saya kan dimarahi. Saya tak tahu bagaimana rasanya menjadi ayah. Namun begitu, saya akan bersikap baik dan merawatnya."

Kasus ini mengundang tanggapan serius dari Perdana Menteri Gordon Brown, sebaliknya seorang pemimpin oposisi dari partai Konservatif, menyatakan masalah ini merupakan contoh dari kehancuran kehidupan sosial di Inggris.

"Saya tak tahu secara rinci kasus ini, namun tentu saja semua dari kita ingin menghindari kehamilan di kalangan remaja," kata Brown.

Namun demikian, Iain Duncan Smith, anggota parlemen senior dan mantan pemimpin Partai Konservatif, menyatakan kita perlu berbicara mengenai kehancuran keluarga di Inggris.

Polisi sebetulnya dapat bertindak atas seks usia dini ini, karena batas usia untuk hal ini di Inggris adalah 16 tahun, namun mereka menyatakan tak akan mengambil tindakan apa-apa.

Keluarga orang tua baru dan muda tersebut kabarnya juga mendukung mereka.

Ayah Patten, Dennis (45 tahun) dan putranya akan bertanggung jawab penuh atas peran barunya sebagai orang tua.
"Sebetulnya ia bisa saja menolak dan duduk tenang di rumah main playstation. Akan tetapi tidak, ia ada di rurmah sakit setiap hari," katanya.

Menurut laporan Sun, bayi tersebut, yang berbobot 3,27 kilogram, merupakan hasil hubungan tanpa alat kontraseptif pada suatu malam. Ia saat itu baru berusia 12 tahun. (*)

Senin, 16 Februari 2009

Apa yang terjadi pada Ciuman?

Di hari valentine ini, sebuah diskusi panel digelar para ilmuwan. Cukup menarik masalah yang dibicarakan, tak jauh dari persoalan kasih sayang, yakni misteri saat hati terpaut dan bibir tertanam di bibir (ciuman).

Kata para ahli itu, aksi ciuman akan diikuti dengan pelepasan zat-zat kimia yang bisa meredam hormon stres. "Senyawa kimia di ludah bisa jadi merupakan jalan untuk menilai pasangan," kata Wendy Hill, profesor ahli Neuroscience dari Lafayette College saat acara bertajuk American Association for the Advancement of Science berlangsung.
Dalam sebuah eksperimen, Hill menjelaskan, para pasangan heteroseksual yang adalah siswa college itu mengalami perubahan kadar senyawa kimia oksitosin dan kortisolnya saat mereka melakukan adegan ciuman selama 15 menit sambil mendengarkan musik.
Oksitosin, dikatakan Hill, mempengaruhi keeratan hubungan pasangan, sementara kortisol terkait dengan stres. Senyawa kimia dalam darah dan kelenjar ludah diteliti lalu diperbandingkan saat sebelum dan sesudah ciuman berlangsung.
Baik pria maupun wanita mengalami penurunan kadar kortisol setelah ciuman, menandakan kadar stres juga menurun.
Bagi pria, saat ciuman, menaiknya level oksitosin menandai ketertarikan yang kuat atas pasangannya, sementara pada wanita oksitosinnya justru menurun. "Tentu ini mengejutkan," ujar Hill.
Dalam sebuah uji coba kelompok yang menelaah efek berpegangan tangan, perubahan kimiawi juga terjadi dalam aksi ini, tetapi tak banyak yang bisa diungkapkan atau hasilnya tak jauh beda. Eksperimen ini, kata Hill, dilakukan di pusat kesehatan siswa di college tersebut. Dia berencana akan mengulanginya dengan rancangan "dalam suasana yang lebih romantis."
Bersama dengan Helen Fisher dari Rutgers University dan Donald Lateiner dari Ohio University, Hill bicara di sesi berjudul "The Science of Kissing."
Fisher sendiri mencatat, lebih dari 90 persen masyarakat dunia melakukan ciuman. Tindakan ini diyakininya memiliki tiga komponen antara lain dorongan seks, cinta romantis, dan keterikatan dengan seseorang.
Dorongan seks mendorong seseorang untuk menilai dan menentukan pasangan masing-masing, sementara cinta romantik menyebabkan mereka memfokuskan diri pada seorang individu; dan keterikatan pada seseorang, katanya, membuat seseorang membiarkan pribadi ini dalam jangka waktu lama membesarkan anak bersama-sama.
Pria, katanya, cenderung berpikir bahwa ciuman merupakan awal nge-seks atau kopulasi. Dia tegaskan, pria cenderung lebih suka sembarang cium. Meski begitu, senyawa kimia testosteron pria dapat segera bercampur di ludah wanita. Testosteron meningkatkan dorongan seksual bagi pria dan wanita.
"Saat Anda mencium, bagian tertentu di otak aktif," tambahnya. Cinta romantik dapat berlangsung lama, "Jika Anda mencium orang yang tepat."
Lateiner, sarjana ilmu klasik, mengobservasi bahwa ciuman kadang muncul dalam seni Yunani dan Romawi, meski secara luas dilakukan di samping kegiatan mencium kulit seseorang. Karena itu, berpotensi berbahaya bagi kehidupan seseorang kalau ciuman itu dilakukan pada orang yang salah dan saat yang kurang tepat.
Secara umum, ilmu pengetahuan tentang mencium—philematology—masih terus dijalankan. Demikian simpul Hill.